ANALISIS PENYAKIT GIGI DAN MULUT ABSES PERIODONTAL


ANALISIS PENYAKIT GIGI DAN MULUT

- ABSES PERIODONTAL -

DEFINISI ABSES PERIODONTAL

Abses merupakan rongga yang berisi nanah dan dikelilingi dengan jaringan inflamasi yang terbentuk dari hasil infeksi yang terlokalisasi. Akumulasi nanah dalam kavitas dibentuk oleh jaringan berdasarkan proses infeksi (biasanya disebabkan oleh bakteri atau parasit) atau bahan asing (serpihan, luka kena tembakan atau jarum injeksi). Selain itu juga dapat terjadi sebagai akibat reaksi bertahan dari jaringan untuk mencegah penjalaran bahan-bahan infeksi ke bagian lain dari tubuh. Abses merupakan suatu bentuk infeksi akut atau kronis dan proses supuratif yang dapat terjadi di seluruh tubuh.
Abses periodontal merupakan infeksi purulent local pada poket periodontal yang dapat menyebabkan kerusakan ligament periodontal dan tulang alveolar. Berdasarkan penelitian dalam bidang biologi penyakit periodontal konferensi internasional tahun 1977, menyatakan bahwa abses periodontal merupakan suatu proses destruktif akut pada periodonsium sehingga terjadi penumpukan puas yang terlokalisir dan berhubungan dengan rongga mulut melalui sulkus gingiva atau sisis periodontal lainnya yang tidak timbul dari pulpa gigi.
Gejala klinis abses periodontal anatara lain adanya bengkak dan pus, timbul rasa sakit, perdarahan ketika probing yang diikuti dengan gigi menjadi goyang dengan gambaran radiografis berupa radiolusen pada bagian lateral dari permukaan akar. Abses periodontal memiliki gejala yang mirip dan terlihat seperti abses periapical, sehingga diagnosis yang tepat harus ditegakkan agar dapat dilakukan perawatan yang tepat. Apabila tidak dilakukan perawatan atau perawatan tidak adekuat maka mampu menyebabkan kehilangan gigi dana tau terjadinya penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain.
 

PENYEBAB TERJADINYA ABSES PERIODONTAL

Abses didalam rongga mulut penyebabnya adalah bakteri flora normal di dalam mulut yaitu bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan batang anaerob gram negatif. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis dan periodontitis, apabila mencapai jaringan yang lebih dalam sampai melalui nekrosis pulpa dan poket periodontal yang dalam, maka akan terjadi infeksi.
Salah satu bakteri penyebab abses periodontal adalah Staphylococcus aureus. Sebagian bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. Staphylococcus aureus yang patogen bersifat invasif, yang dapat menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994). Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphyloccocus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka
 

KONSEP TERJADINYA ABSES PERIODONTAL

Abses periodontal merupakan infeksi purulent local pada poket periodontal yang dapat menyebabkan kerusakan ligament periodontal dan tulang alveolar. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri penyebab abses periodontal. Setelah infiltrasi bakteri pathogen ke dalam jaringan periodontal, bakteri dan proses inflamasi sehingga mengaktifkan respon inflamasi. Sel sel inflamasi dan enzim dapat merusak jaringan. Infiltrasi inflamatori diikuti oleh kerusakan jaringan ikat, terjadi enkapsulasi messa bakteri dan pembentukan pus. Penurunan resistensi jaringan dan virulensi serta jumlah bakteri yang ada menentukan perjalanan infeksi. Masuknya bakteri ke dinding jaringan lunak memulai pembentukan abses periodontal.

PATHOGENESIS TERJADINYA ABSES PERIODONTAL

Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya untuk mendeposisi fibrin. Sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase. Hyaluronidase adalah enzim yang bersifat merusak jembatan antar sel, yang pada fase aktifnya nanti, enzim ini berperan layaknya parang yang digunakan petani untuk merambah hutan.
Bakteri Streptococcus mutans memiliki 3 macam enzim yang sifatnya destruktif, salah satunya adalah enzim hyaluronidase. enzim ini merusak jembatan antar sel yang terbuat dari jaringan ikat (hyalin/hyaluronat). Fungsi enzim ini adalah transpor nutrisi antar sel, sebagai jalur komunikasi antar sel, juga sebagai unsur penyusun dan penguat jaringan. Jika jembatan ini rusak dalam jumlah besar, kelangsungan hidup jaringan yang tersusun atas sel-sel dapat terancam.
Proses kematian pulpa, salah satu yang bertanggung jawab adalah enzim dari S.mutans tadi, akibatnya jaringan pulpa mati, dan menjadi media perkembangbiakan bakteri yang baik, sebelum akhirnya mereka mampu merambah ke jaringan yang lebih dalam, yaitu jaringan periapikal. Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan periapikal, tentunya mengundang respon inflamasi untuk datang ke jaringan yang terinfeksi tersebut, namun karena kondisi host tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup tinggi akan menciptakan kondisi abses. Selain S.mutans yang merusak jaringan yang ada di daerah periapikal, S.aureus dengan enzim koagulasenya mampu mendeposisi fibrin di sekitar wilayah kerja S.mutans, untuk membentuk sebuah pseudomembran yang terbuat dari jaringan ikat, yang dikenal sebagai membran abses. Membran ini melindungi dari reaksi inflamasi dan terapi antibiotika.
Tidak hanya proses destruksi oleh S.mutans dan produksi membran abses saja yang terjadi pada peristiwa pembentukan abses ini, tetapi ada pembentukan pus oleh bakteri pembuat pus (pyogenik), salah satunya adalah S.aureus. pus terdiri dari leukosit yang mati (oleh karena itu pus terlihat putih kekuningan), jaringan nekrotik, dan bakteri dalam jumlah besar. Secara alamiah, pus yang terkandung dalam rongga tersebut akan terus berusaha mencari jalan keluar sendiri, namun pada perjalanannya seringkali menyebabkan timbulnya gejala - gejala yang cukup mengganggu seperti nyeri, demam, dan malaise.
 

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ABSES PERIODONTAL

Abses pada rongga mulut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
  • Faktor organisme
  • Infeksi orofasial umumnya disebabkan oleh streptokokus dan stapilokokus dan biasanya daya tahan tubuh penderita dapat melakukan invasi dan bakteri tersebut.
  • Faktor anatomis jaringan
  • Jaringan disekitarnya mempunyai penggaruh yang besar terhadap penyebaran infeksi.
  • Faktor penderita
  • Daya tahan tubuh penderita sangat berpengaruh terhadap penyebaran bakteri.

Sejumlah faktor yang menyebabkan abses periodontal adalah :
  • Poket periodontal berliku liku terutama terkait dengan cacat furkasi sehingga poket menjadi terisolasi dan dapat mendukung pembentukan abses
  • Penutupan margin dari poket periodontal mungkin menyebabkan perluasan infeksi ke jaringan periodontal pendukung sekitarnya karena tekanan pus di dalam terhalang poket periodontal sehingga akan mendukung penutupan margin gingiva ke permukaan gigi
  • Perubahan komposisi microflora, virulensi bakteri atau cacat pertahanan pejamu juga dapat membuat lumen poket tidak efisiensi untuk drainase supurasi yang meningkat
  • Prosedur scalling yang tidak adekuat menyebabkan kalkulus tetap berada pada bagian terdalam poket periodontal sedangkan peradangan pada daerah poket koronal akan menutup jalan drainase normal dan flora subgingiva terperangkap pada bagian terdalam dari poket sehingga menyebabkan pembentukan abses
  • Pemberian antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada pasien dengan periodontitis kronis menyebabkan perubahan komposisi mikroorganisme subgingiva sehingga terjadi infeksi dan pembentukan abses

FAKTOR RESIKO TERJADINYA ABSES PERIODONTAL

Abses periodontal dapat berasal dari periodontitis kronis  yang terjadi karena berbagai faktor predisposisi. Berbagai faktor predisposisi yang akan mempermudah terbentuknya abses, yaitu
  • Perubahan komposisi dari mikroflora,
  • Virulensi bakteri atau pada respon jaringan dapat membuat tidak efisiennya pembuangan pus  dari  lumen,
  • Bentuk poket yang kompleks yang berhubungan dengan furkasi gigi molar akan memudahkan terbentuknya  abses,
  • Perawatan scaling yang tidak sempurna,
  • Impaksi benda  asing,
  • Infeksi kista lateral,
  • Trauma terhadap gigi yang mengakibatkan gigi patah pada bagian akarnya,
  • Terjadi perforasi lateral pada gigi yang sedang dirawat  endodontik,
  • Pemberian antibiotik secara sistemik tanpa dilanjutkan dengan  scaling subgingiva pada pasien dengan periodontitis parah akan mengakibatkan perubahan pada komposisi mikrobiota subgingiva yang dapat menghasilkan infeksi yang lebih parah
 
PENGOBATAN ABSES PERIODONTAL
Perawatan  abses  periodontal  pada  umumnya  tidak  berbeda  dengan  perawatan  infeksi  pada  gigi. Secara  prinsip, penanganannya  dapat  berupa secara  lokal  dan  perawatan  lanjutan  yang  sesuai  setelah keadaan daruratnya terkontrol. Penatalaksanaan pasien dengan abses periodontal dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
  • Penatalaksanaan Segera
    • Tahap pertama yakni penatalaksanaan yang bersifat segera atau keadaan darurat infeksi. Penanganan ini disertai  dengan terapi antimikroba. Penatalaksanaan   segera   tergantung dari tingkat keparahan  dari  infeksi  dan  tanda/ gelaja  lokal. Pada  kondisi  yang tidak terlalu parah penggunaan obat analgesic dan antimikroba dapat menghentikan  gejala sistemik, trismus, dan penjalaran infeksi. Antibiotik diberikan secukupnya sesuai dengan derajat keparahan dari infeksi. Antibiotik yang dapat digunakan yaitu Phenoxymethylepinicillin 250-500 mg, Amoxycilin 250-500 mg, Metronidazole 200-400 mg. Jika terdapat alergi terhadap penicillin maka dapat digunakan Erytromycin 250-500 mg, Doxycyline 100 mg, Clindamycin 150-300 mg.
  • Penatalaksaan Awal
    • Penatalaksanaan  awal  dilakukan  atas  dasar  terdapat  abses  akut  tanpa  keracunan  sistemik,  lesi  residual setelah perawatan keracunan sistemik, dan pada abses periodontal kronis. Penatalaksanaan  awal terdiri dari :
      • Insisi dan drainase, sebelum insisi dilakukan irigasi abses terlebih dahulu dengan menggunakan larutan salin, serta dilakukan pemeriksaan benda asing yang ada didalam poket periodontal.
      • Lakukan scalling dan root planning untuk membersihkan daerah   abses,
      • Operasi periodontal dapat dilakukan untuk mendapatkan drainase langsung melewati dasar poket, terutama bila terdapat cacattulang  secara vertikal yang dalam dan membersihkan kalkulus  subgingiva yang dalam. 
      • Untuk operasi flap periodontal terlebih dahulu dilakukan anestesi pada daerah abses. Setelah itu dinding poket diretraksi dengan probe atau kuret untuk  mendapatkan  drainase  langsung  melalui  muara  poket. Lakukan  penekanan  dengan  jari  secara  halus untuk mengeluarkan pus, irigasi dapat dilakukan untuk membersihkan eksudat dan dasar poket yang tersisa. Apabila daerah abses  besar,  maka prosedur skeling dan kuretase sebaiknya ditunda sampai  tanda klinis berkurang dengan  terapi  antibiotik.  Perubahan  oklusi  akan terjadi  karena  tekanan  dari  abses  akan mendorong  gigi  ke  arah oklusal sehingga  terjadi  peninggian  gigitan.
      • Penggunaan obat antibiotik secara sistemik, dosis  tinggi  dengan  durasi  pendek dianjurkan, tetapi prosedur drainase dan skeling subgingiva harus dilakukan setelah terapi antibiotik selesai. Antibiotik sistemik yang direkomendasikanyaitu Phenoxymethyl penicillin 250-500mg, Amoxxycillin/augmentin 250-500mg,  metronidazole 250mg(penggunaan metronidazole kontra indikasi pada pasien hamil  dan mengkonsumsi alkohol), Tetracycline HCL 250mg (penggunaan tetracycline kontra indikasi pada pasien hamil dan anak-anak dibawah 10 tahun), Doxycyline 100mg.
      • Instruksi oral hygiene.
  • Perawatan Definitif
    • Perawatan definitif dilakukan setelah perawatan awal selesai untuk mengembalikan fungsi, estetik, dan mempertahankan kesehatan jaringan periodonsium pasien.  Perawatan  definitif dilakukan tergantung dari kebutuhan pasien. Penggunaan terapi  antibiotik sistemik untuk merawat abses periodontal dapat menjadi kontroversi  karena bila abses berulang akan timbul reaksi  resistensi,  juga terapi  antibiotik  dapat  merubah  lingkungan mikrobiota  jaringan.  Pemberian  antibiotik  yang  spektrumnya  tidak cocok akan menyebabkan terjadinya perubahan resistensi suatu bakteri yang  dapat menimbulkan pertumbuhan pesat dari bakteri tersebut dan menghilangkan bakterilain, hal ini akan mengakibatkan eksaserbasi akut atau infeksi yang persisten.

 


Komentar